Menyusutnya lahan pertanian atau lahan subak di Kota Denpasar, salah satunya lebih dikarenakan keberadaan oknum spekulan tanah atau lebih kerennya diistilahkan tikus-tikus berdasi. Selain berupaya mempengaruhi para pemilik tanah, mereka juga tak pernah berpikir bagaimana mempertahankan kelestarian subak atau bagaimana masa depan anak cucu mereka nanti. Demikian dikatakan Walikota Denpasar IB Rai D. Mantra saat menyampaikan sambutan dalam acara Lomba Subak Tingkat Propinsi Bali, Rabu (22/10) di Subak Sembung Ds. Peguyangan Kec. Denpasar Utara. Tim Penilai Propinsi dipimpin A.A. Geria disambut langsung Walikota Denpasar IB Rai D. Mantra didampingi Kadis Kebudayaan Md. Mudra, DPRD, Pimpinan SKPD terkait, para Prajuru Desa, Majelis dan para Pekaseh.
Lebih jauh Rai Mantra mengatakan, ajang lomba subak adalah bertujuan untuk melestarikan lembaga tradisional Subak yang ada di Bali khususnya Denpasar agar tetap ajeg. Dengan terus berupaya meningkatkan kecintaan terhadap apa yang digeluti sesuai swadarmaning pemaculan atas dasar jengah. Sebab melalui profesi yang mulia inilah siklus kehidupan manusia akan tetap berlangsung. Untuk itu jadikanlah ajang lomba ini sebagai sarana untuk memperkuat jati diri dengan terus berupaya mencari solusi dan jalan keluar terhadap segala hal yang bisa menjadi hambatan, terangnya. Selain berupaya menjaga keberlangsungan kehidupan bertani, kedepan krama Subak juga harus bisa melakukan berbagai trobosan atau inovasi. Salah satunya mungkin dengan mengembangkan pertanian berbasis tehnologi. Seperti tabulapot, vertikultur, jogging track dan lain-lain. Termasuk pengembangan program ekowisata sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan potensi daya alam, lingkungan serta keunikan alam dan budaya. Yang nanti akan bisa menjadi salah satu sektor unggulan daerah yang belum dikembangkan secara optimal. Ekowisata ini merupakan kegiatan wisata alam dengan memperhatikan unsur pendidikan, pemahaman dan dukungan terhadap usaha-usaha konservasi sumber daya alam. Dengan prinsip pengembangan konservasi yang melindungi, mengawetkan dan memanfaatkan secara lestari sumber daya alam yang ada dan tak luput dari nilai ekonomis, edukasi serta partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian ekowisata terhadap nilai-nilai sosial Budaya. Sedangkan A.A. Geria mewakili Tim Penilai mengatakan, lomba ini penting artinya sebagai upaya pemerintah dalam menjaga keajegan Subak. Nantinya Tim akan melihat sekaligus menilai, apakah Tri Palemahan seperti pawongan, palemahan dan parahyangan sudah terkelola dan tergarap dengan baik.
Sementara Pekaseh Subak Sembung Wayan Sunarta dalam laporannya mengatakan, luas lahan Subak Sembung yang terletak di Ds. Peguyangan Denpasar Utara kini memiliki lahan seluas 115 Ha. Terbagi dalam 4 (empat) munduk atau wilayah yaitu Munduk Umawani, Munduk Sapian, Munduk Sembung dan Munduk Umapuan. Dalam mengelola organisasi persubakan utamanya penerapan terhadap tiga unsur palemahan sesuai konsep "Tri Hita Karana" telah berjalan harmonis, paras-paros. Namun demikian bukan berarti krama Subak Sembung Peguyangan tanpa tantangan. Tantangan yang dihadapi sekarang ini adalah berkurangnya pasokan air akibat kemarau panjang serta maraknya kasus alih fungsi lahan. Terhadap hal ini pihaknya bersama krama Subak, para prajuru Desa bekerjasama dengan Pemerintah Kota Denpasar telah berupaya dengan melakukan langkah-langkah antisipasi lewat program aksi maupun dengan memperkuat perarem. (Sdn)